Selasa, 20 November 2012

Bahan Kimia yang Efektif untuk Laboratorium Pendidikan

Kebanyakan laboratorium pendidikan selalu membuang uang untuk membeli bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk praktikum dengan jumlah yang tidak sedikit. Tak tanggung-tanggung, banyak laboratorium pndidikan juga membeli bahan-bahan kimia yang kandungannya pure hingga 99%. Hal tersebut cukup menyesalkan mengingat tujuan laboratorium pendidikan tidak sama seperti laboratorium untuk industri ataupun penelitian.  Jika untuk laboratorium penelitian dibutuhkan bahan kimia pure untuk sebuah percobaan dan memiliki konsekuensi hasil yang dituntut akurat, maka konsekuensi berbahaya nya pun tinggi, karena itu setiap laboratorium penelitian harus dilengkapi dengan alat pengaman.

Lain halnya untuk laboratorium pendidikan yang memberikan pengajaran dan pengenalan proses kimia kepada murid-murid. Tak perlu menggunakan bahan kimia yang pure 99% jika hanya untuk menguji atau mengamati perubahan kimia atau proses kimia dan sebagainya. Mengapa? hal tersebut dikarenakan bahwa penggunaan bahan kimia yang pure (tinggi konsentrasi nya) itu rentan bahaya, apalagi bila digunakan dalam laboratorium yang sebagian besar minim perlengkapan pengamanan bahaya. lalu bila membeli bahan kimia tak usah membeli banyak-banyak. karena bahan kimia  ini juga memiliki batas waktu penggunaan. bila dalam lab pendidikan yang dibutuhkan hanya satu sendok teh saja, sementara bahan-bahan kimia itu yang tersisa masih begitu banyak. banyak yang beralasan membeli banyak agar dapat dipakai sampai beberapa tahun. Hal tersebut adalah tindakan mubazir dan boros karena harga bahan kimia pure sangat tinggi.

untuk itulah, apa salahnya bila bahan kimia yang pure 99% itu diganti dengan bahan kimia kualitas teknis 90%? toh perbedaan konsentrasi tidak terlalu jauh. dan kalau menggunakan pure 99%, harga nya berkali-kali lebih mahal dibandingkan dengan bahan kimia kualitas teknis. lagi pula laboratorium pendidikan menggunakan bahan kimia kualitas teknis saja, sudah dapat mencapai tujuan lab pendidikan.  

berikut beberapa analogi bahan kimia kualitas pure dengan teknis yang mudah dicari
1. NaOH = SODA API (bisa didapatkan di toko material)
2. H2SO4= Accu Zur (bisa didapatkan di bengkel atau toko service kendaraan bermotor)
3. MgOH = obat magh (banyak di jual di toko-toko)
4. CH3COOH = cuka 
5. HCl = pembersih porselen 
6. NaCO3 = Baking Powder
7. indikator PH (lakmus merah, biru, PH universal) = indikator PH alami (asam basa sari bunga; kembang                sepatu merah; rosela merah ; mawar merah)
  contoh bahan kimia di atas merupakan beberapa contoh bahan kimia yang sering ditemukan dalam praktikum. Sebenarnya masih banyak contoh analogi yang tersebar di lingkungan sekitar kita. hanya saja kita jarang menyadari hal itu. 

semoga bermanfaat

Bahan Kimia Lagi, Lagi, dan Lagi


Pernahkah kita sempat memikirkan seberapa banyak kita “terpapar” oleh Zat kimia dalam kehidupan sehari-hari? Barangkali kalau kita sempat memperhatikan dengan seksama, maka kita akan “ngeri”, mengingat betapa “intensnya” interaksi kita dengan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita bangun pagi dan siap untuk mandi, kita sudah mulai ber”interaksi” dengan berbagai macam zat kimia. Air yang kita pakai untuk mandi, misalnya air PAM itu sudah mengandung penjernih dan penghilangan bau, bisa jadi ada kaporit di dalamnya.

Ketika kita menggosok gigi, menggunakan odol, tentulah di dalam odol ada kandungan zat kimia pembersih dan pewangi . Lalu mungkin kita butuh antiseptik untuk kumur-kumur, pasti itu ada kandungan zat kimia sebagai pembunuh kuman, antiseptik. tetapi ironinya sekaligus membunuh kuman non pathogen yang ada di dalam mulut dan di butuhkan untuk proses fisiologis.

Ketika kita mulai mandi tentu menggunakan sabun (padat atau cair) serta Shampoo yang pastinya mengandung zat kimia sebagai pembersih dan pewangi.
Selesai mandi kita menggunakan handuk serta pakaian dalam dan pakaian luar, yang kesemuanya dicuci menggunakan deterjen yang jelas ada zat kimianya dan tentu akan berinteraksi dengan kulit kita.

Bagi wanita selesai mandi akan menggunakan kosmetika dan pewangi badan, lagi-lagi ada zat kimia di dalamnya.
Lalu kita membutuhkan tissue atau kapas ketika menggunakan kosmetika, disitu ada pemutih (“bleaching”) yang di gunakan ketika memproduksi tissue atau kapas itu sehingga menjadi putih dan “bersih”.

Ketika sarapan, makan siang dan makan malam mungkin menu yang kita makan menggandung zat kimia dalam memprosesnya, apalagi kalau itu “fast food” (sebagian orang menyebutnya “junk food”), lalu minum dengan soft drink atau minuman botol lain, yang tentunya mengandung pengawet, antibiotika dan antioksidan pula.

Barangkali hanya ketika tidur saja kita yang tidak berinteraksi dengan zat kimia, tetapi belum tentu juga, karena jika menggunakan pengharum ruangan -yang di semprot otomatis itu- artinya masih ada interaksi zat kimia.

Jangan-jangan selama 24 jam kita selalu berinteaksi “intim” dengan zat kimia.

Kalau dewasa ini makin banyak penyakit “aneh-aneh” yang muncul, seperti MS (“Multiple Sclerosis”) dan penyakit-penyakit lain, jangan-jangan ada hubungannya dengan “interaksi intim” selama 24 jam dengan zat-zat kimia tadi, yang efeknya bersifat kumulatif. Wallahu a’lam bish shawabi.


Rabu, 26 September 2012

cara menangani tumpahan bahan kimia dan biologi

    Bahan kimia dan biologi yang tumpah harus dibersihkan segera dengan menggunakan peralatan tumpahan yang diletakkan di setiap laboratorium. Pembuangan bahan yang digunakan untuk membersihkan harus dilakukan segera sesuai dengan panduan pembuangan limbah.
     .
Air raksa, sering disebut merkuri, dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau oksigen merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri dulu sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik.
Pada saat terjadi tumpahan merkuri, hubungi SatuanTugasKeselamatan Kerja. Tumpahan merkuri sangat berbahaya, jangan melakukan tindakan jika tidak mengetahui prosedurnya
      Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.

Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.

CARA MENANGANI TUMPAHAN MERCURY

Selasa, 25 September 2012

SIMBOL BAHAYA DALAM LABORATORIUM

     Menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances), simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya.
     Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja.
     Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.


     Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam:
- Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
- Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
- Kombinasi dari keduanya.

     Berikut ini dijelaskan simbol-simbol bahaya termasuk notasi bahaya dan huruf kode (catatan: huruf kode bukan bagian dari simbol bahaya)

A. Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
     Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar (extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable substances) juga termasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk bahan-bahan tersebut.

1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Huruf kode: E


     Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya "explosive" dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances.
     Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan.
Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3
Sebagai contoh untuk bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT)

2. Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O


     Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.

3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F+ 

     Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12
Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas).

4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F

     Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’
Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar : R11
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.

5. Flammable (mudah terbakar)
Huruf kode: tidak ada

     Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya ‘flammable’. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable)
Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin.



B. Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
     Pengelompokan bahan dan formulasi menurut sifat toksikologinya terdiri dari akut dan efek jangka panjang, tidak bergantung apakah efek tersebut disebabkan oleh pengulangan, tunggal atau eksposisi jangka panjang.
     Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances)

1. Very toxic (sangat beracun)
    Huruf kode: T+ 

     Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L
Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan atripin


 2. Toxic (beracun) 
huruf kode: T

     Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
     Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
     Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25

     Bahan dan formulasi yang memiliki sifat:
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R :R48)

     ditandai dengan simbol bahaya ‘toxic substances’ dan kode huruf T.
Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik).

3. Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn

     Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
     Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22


     Bahan-bahan yang dicurigai memiliki
sifat karsinogenik, juga akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn,
bahan pemeka (sensitizing substances) (Frase-R :R42 dan R43)
diberi label menurut spektrum efek apakah dengan simbol bahaya untuk ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn atau dengan simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf Xi.
Bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol (berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik).

C.  Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying substances) 
     ‘tissue destroying substances’ meliputi sub-grup bahan korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)

1. Corrosive (korosif)
Huruf kode: C

     Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).

2. Irritant (menyebabkan iritasi)
huruf kode: Xi

     Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa encer.

3. Bahan berbahaya bagi lingkungan
Huruf kode: N 


     Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.




Rabu, 12 September 2012

Clean pennies with Vinegar and Salt

In this video we clean pennies with vinegar and salt.

Just mix together some vinegar with enough salt to make a saturated solution. The apply the solution to your tarnished pennies. The combination of acid and chloride etches the tarnish away to reveal the clean copper underneath.

Don't leave the acid on or it will keep etching and produce an ugly green coating of copper salts. So wash off the acids with water after the pennies are clean.

Make Iodine from an Alkali Metal Iodide, Hydrochloric Acid and Hydrogen Peroxide

How to make iodine from an Alkali metal iodide, hydrochloric acid and hydrogen peroxide.

Warning: This reaction makes small amounts of chlorine gas and should be performed outside or in a fumehood.

Simple get some potassium or sodium iodide and dissolve in a minimal amount of water. Then add an equal amount of concentrated hydrochloric acid. Check this new volume and measure out five times more 3%hydrogen peroxide. Mix together the two solutions and let stand for ten minutes. Filter the iodine.

You can then purify by vaporization and crystallization.